![]() |
Sumber: aprilasia.com |
Nama besar APRIL Group tidak lepas dari kualitas produk dan kapasitas produksinya yang mencapai 2,8 juta ton pulp dan 1,15 ton kertas setiap tahunnya. Namun tidak hanya itu, pencapaian salah satu unit bisnis Sukanto Tanoto tersebut juga tidak mungkin terwujud tanpa masyarakat sekitar yang memberi ruang bagi perusahaan untuk terus berkembang. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang juga berkontribusi secara langsung dalam pencapaian tersebut.
Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar. Karena alasan itulah, sebuah perusahaan harus mampu memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat setempat. Hal ini disadari oleh Sukanto Tanoto, nakhoda perusahaan. Untuk alasan itu jugalah, PT RAPP yang merupakan salah satu unit bisnis APRIL Group menggagas program One Village One Commodity (OVOC).
Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar. Karena alasan itulah, sebuah perusahaan harus mampu memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat setempat. Hal ini disadari oleh Sukanto Tanoto, nakhoda perusahaan. Untuk alasan itu jugalah, PT RAPP yang merupakan salah satu unit bisnis APRIL Group menggagas program One Village One Commodity (OVOC).
OVOC Sebagai Upaya Perusahaan Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Sebagai salah satu unit bisnis Royal Golden Eagle, APRIL Group mewarisi prinsip sang pendiri. Bisnis harus bisa memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Prinsip ini selalu dipegang oleh setiap perusahaan yang berada di bawah naungan Royal Golden Eagle pimpinan Sukanto Tanoto. Melalui prinsip inilah, program One Village One Commodity (OVOC) terlahir.
One Village One Commodity (OVOC) merupakan sebuah program yang bertumpu pada budi daya satu komoditas unggulan. Komoditas ini dipilih berdasarkan karakteristik tanah dan kondisi lingkungan desa yang mendapatkan pendampingan dari perusahaan Sukanto Tanoto. Nilai jual yang cukup tinggi juga menjadi bahan pertimbangan dalam memilih komoditas yang hendak ditanam.
Dalam program One Village One Commodity (OVOC), selaku penggagas program, PT RAPP memberi pendampingan dan pelatihan kepada petani yang tergabung dalam kelompok Bina Tani bentukan perusahaan Sukanto Tanoto tersebut.
Petani yang tergabung dalam kelompok Bina Tani akan mendapatkan pelatihan mengenai cara bercocok tanam yang modern dan berpegang pada prinsip pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan bantuan sarana produksi berupa benih, pupuk dan pestisida.
Desa Penyengat, Contoh Sukses Penerapan OVOC
Hingga saat ini, program One Village One Commodity (OVOC) telah diluncurkan di 4 kabupaten yang meliputi Kampar, Siak, Kep. Meranti dan Pelalawan. Beberapa desa yang menjadi bagian dari program OVOC juga sudah mulai menikmati hasilnya. Salah satu di antaranya adalah Desa Penyengat.
Sebelum perusahaan Sukanto Tanoto menerapkan program One Village One Commodity (OVOC) di Desa Penyengat, banyak petani setempat yang hanya bisa mendapat penghasilan Rp 300.000 hingga Rp 500.000 tiap bulannya. Rendahnya pendapatan dari sektor pertanian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Tidak jarang, ada beberapa warga yang menjadikan profesi petani sebagai sampingan dan lebih fokus menjadi buruh di pelabuhan.
Setelah program One Village One Commodity (OVOC) dijalankan di Desa Penyengat, kondisi tersebut berangsur-angsur berubah. Melalui pelatihan dan pendampingan yang dilakukan perusahaan Sukanto Tanoto, para petani yang tergabung dalam kelompok Bina Tani mulai fokus membudidayakan tanaman yang paling menguntungkan untuk ditanam.
Nanas dipilih sebagai komoditas andalan Desa Penyengat. Pemilihan buah nanas sebagai komoditas unggulan bukan tanpa alasan. Setelah melihat kondisi tanahnya, perusahaan Sukanto Tanoto menilai bahwa nanas sangat cocok ditanam di Desa Penyengat.
Ada 2 jenis nanas yang dibudidayakan di Desa Penyengat. Kedua jenis nanas tersebut adalah nanas grade A dan nanas grade B.
Setelah mengikuti program One Village One Commodity (OVOC) yang digagas oleh perusahaan Sukanto Tanoto, kesejahteraan petani Desa Penyengat mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, tidak sedikit petani kelompok Bina Tani yang mampu mendapat penghasilan Rp 10 juta tiap bulannya.
0 Komentar